Ustadz Tajul: Diri yang Baik adalah Cerminan Hati yang Bersih

Ustadz Tajul Muluk, M. Ag

Ramadhan Berkah Mardliyyah (RBM) 1446 H telah melaksanakan Kajian Tarawih ke-6 pada Kamis (6/3/2025). Malam ini, RBM mengundang Ustadz Tajul Muluk, M. Ag sebagai pengisi kajian dengan temanya yakni “Membentuk Hati Yang Bersih”.

Ustadz Tajul mengawali ceramahnya pada malam ini dengan menyinggung istilah ‘Qolbun Salim’. Beliau menjelaskan bahwa sebagian ulama memberikan penjelasan mengenai Qolbun Salim dengan arti hati yang bersih atau yang selamat dari kotoran-kotoran, bersih dari kesyirikan, juga bersih dari kecintaan yang berlebihan kepada harta dan keluarga.

Perkara ini merujuk persoalan hati manusia, termasuk bagaimana hati yang berpotensi tercemar yang dengan sampah (bukan sampah seperti yang diketahui pada umumnya), tapi yang bersifat merusak lebih parah atau jauh lebih sulit dibersihkan. 

Sampah yang merusak hati ini seringkali tidak disadari oleh banyak orang, begitu juga dengan penyebabnya. Salah satu hal yang membuat hati manusia rusak ini adalah kecintaan yang berlebihan terhadap materi (dunia). Harta benda dapat berpotensi menjadi musuh, fitnah, dan penyakit bagi orang yang mencintainya secara berlebihan.

“Jika seseorang sudah terlanjur rusak hatinya, hal ini dapat membuat seseorang menjadi buta dan tuli,” ungkap Ustadz Tajul, maksudnya adalah mereka akan sulit untuk dinasehati bahkan penyakit hati itu dapat membuat mereka berani melakukan apa yang dilarang Allah Swt. hingga menghalalkan apa yang diharamkan Allah Swt.

Beliau melanjutkan bahwa dua penyakit yang dapat timbul dari permasalahan ini adalah sikap manipulatif dan sikap koruptif. Dalam bahasa agama Islam, sikap manipulatif ini dapat disebut sebagai munafik yang juga disebutkan dalam Surah Al-Baqarah. 

“Qalbun Salim sangat penting untuk kita miliki sebab hati itu motor, penggerak, pendorong,” ini menegaskan bahwa seseorang yang hatinya baik, maka badannya akan turut dikondisikan baik yang melingkupi caranya berpikir, berbicara, hingga bertindak.

Baik atau tidak baiknya hati ini dihubungkan dengan persoalan halal dan haram. Jika mengkonsumsi haram akan berpotensi merusak hati, maka yang halal akan menjaga dan merawat hati seseorang.

Bulan Ramadhan ini menjadi kesempatan untuk umat Islam menjalankan ibadahnya semaksimal mungkin disertai dengan menjaga hawa nafsu yang dapat berupa apa saja, termasuk ucapan, perilaku, bahkan apa yang dikonsumsi ketika sahur dan berbuka sekalipun. 

“Pertama, pelajari bahwa di dalam diri ada hati yang berpotensi mengarahkan kita menjadi baik atau tidak baik; Kedua, kalau ingin hati baik, usahakan sedemikian rupa tidak ada yang kita usahakan dan makan kecuali yang halal; Terakhir, tentu kita tidak hanya menjadi orang yang baik buat kita saja tapi juga buat orang lain termasuk keluarga.”

Semoga kajian malam ini senantiasa menjadi pengingat bagi kita semua bahwa apa yang kita konsumsi dan apa yang kita lihat atau tonton sehari-hari menjadi asupan bagi kebersihan dan kejernihan hati sehingga itulah yang akan membawa diri kita seperti apa selanjutnya. (Callysta Inas: Tim Redaksi RBM 1446 H)

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Scroll to Top