Achmad Munjid, Ph.D.: Pentingnya Mengembalikan Hikmah dalam Pendidikan

Achmad Munjid, Ph.D.

Masjid Mardliyyah Islamic Center UGM kembali menggelar ceramah tarawih dalam rangkaian acara Ramadhan Berkah Mardliyyah 1446 H pada Minggu (9/3/2025). Ceramah kali ini menghadirkan Achmad Munjid, Ph.D., seorang akademisi, dengan tema “Mendidik dengan Hikmah: Nilai-Nilai Islam dalam Proses Pembelajaran.” Dalam ceramahnya, Munjid menyoroti berbagai krisis dalam sistem pendidikan di Indonesia yang telah kehilangan esensi hikmah dalam proses belajar dan pembentukan karakter.

Menurut Munjid, sistem pendidikan saat ini menghadapi banyak permasalahan yang berlapis, salah satunya adalah fenomena kecurangan akademik yang semakin marak. Ia mencontohkan kasus seorang pejabat yang terbukti melakukan kecurangan dalam penyusunan disertasinya.

“Ini hanyalah fenomena gunung es. Banyak yang mengejar gelar akademik hanya demi uang dan kekuasaan, bukan sebagai bentuk pencarian ilmu yang sebenarnya,” ujarnya.

Selain itu, Munjid mengungkapkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lain. Skor Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa kemampuan literasi dan sains siswa Indonesia berada jauh di bawah negara-negara ASEAN lainnya. Data Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat bahwa hampir 10 juta generasi Z di Indonesia menjadi pengangguran.

“Pendidikan kita sudah terputus dari kenyataan. Banyak lulusan yang hanya bisa mengerjakan soal, tetapi tidak mampu merumuskan atau memahami permasalahan di dunia nyata,” tambahnya.

Ia juga menyoroti rendahnya kesadaran sosial mahasiswa terhadap isu global. “Ketika terjadi krisis di Gaza, kampus-kampus di dunia ramai menggelar demonstrasi, tetapi di Indonesia banyak kampus yang justru sepi dari aksi solidaritas,” ungkap Munjid. Selain itu, di tingkat nasional, berbagai kasus korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan kekerasan terus meningkat, mencerminkan adanya masalah mendasar dalam pendidikan karakter.

Menurut Munjid, salah satu penyebab utama permasalahan ini adalah hilangnya daya kritis dan ketakutan terhadap perbedaan. Ia mengutip riset dari sebuah lembaga di London pada tahun 2023 yang menunjukkan bahwa meskipun buku teks di sekolah Indonesia mengajarkan hubungan sosial yang harmonis dan keberagaman, siswa justru tidak diajarkan untuk berpikir kritis terhadap perbedaan pendapat. Padahal, Rasulullah SAW sendiri pernah bersabda, “Perbedaan pendapat di kalangan umat adalah rahmat.”

Munjid menjelaskan bahwa akar dari berbagai krisis ini adalah tercerabutnya akhlak dari sistem pendidikan. “Dalam Islam, kita mengenal empat mazhab yang berbeda, dan perbedaan ini diterima sebagai sesuatu yang wajar serta memperkaya khazanah keilmuan Islam. Akhlak menjadi kunci agar kita bisa menerima perbedaan dan tetap menjaga harmoni,” jelasnya.

Sebagai penutup, Munjid mengajak para jamaah untuk mengembalikan hikmah dalam pendidikan, baik dalam lingkup akademik maupun kehidupan sehari-hari. Ia menegaskan bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya bertujuan mencetak individu yang cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kebijaksanaan, akhlak, dan kesadaran sosial yang tinggi. (Muhammad Azriel Ramadhan: Tim RBM 1446 H)

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Scroll to Top