Iman VS Fomo: Istiqomah sebagai Solusi

Mardliyah Islamic Center (MIC) UGM kembali melaksanakan kajian tafsir Al-Qur’an pada Senin, 3 Februari 2025. Kajian tersebut bertajuk “Iman Setipis Fomo” yang disampaikan oleh pengasuh pondok pesantren UII Yogyakarta, Ustadz Tajul Muluk, M.Ag. 

Dalam kajian ini, Ustadz Tajul menafsirkan ‘fomo’ sebagai perilaku ikut-ikutan yang dalam bahasa Jawa biasa disebut ‘katut’, sedangkan dalam KBBI akronim fomo diartikan sebagai perasaan cemas atau takut apabila ketinggalan sesuatu yang baru. Ia menjelaskan beberapa dampak perilaku fomo berdasarkan sisi psikologis seperti mudah stres bahkan fobia, sehingga beberapa orang menganggap fomo sebagai sebuah penyakit. Walaupun demikian, penyakit ini dapat disembuhkan dengan menggunakan obat, salah satunya Al-Qur’an. Selain berfungsi sebagai pedoman hidup bagi manusia, Al-Qur’an juga dapat berfungsi sebagai obat sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Isra` ayat 82 

وننزل من القران ما هو شفاء ورحة للمؤمنين …

“Dan Kami turunkan dari Al-Quran sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang mukmin… (Q.S. Al-Isra`: 82).

Kemudian, Ustadz Tajul memberikan ilustrasi fenomena fomo yang jarang disadari yaitu berkomentar di postingan media sosial orang lain. Ia menjelaskan bahwa pengguna media sosial memiliki dua posisi entah itu sebagai produsen ataupun pun konsumen. Namun secara umum, pengguna media sosial akan lebih tertarik menempati posisi sebagai konsumen yang terkadang tidak mempertimbangkan baik buruknya.

Seorang pengguna media sosial seharusnya berperilaku seimbang. Tidak hanya menjadi konsumen tetapi juga berperan sebagai produsen yang menyediakan konten-konten menarik dan bermanfaat. Dengan demikian ia tidak mudah terjebak dalam fenomena fomo. 

Ustadz Tajul menjelaskan bahwa konsisten sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Dalam Islam konsisten dikenal dengan istilah Istiqomah. Namun pada realitanya, istilah istiqomah hanya dikaitkan dengan konteks peribadatan saja walaupun sebenarnya dapat digunakan pada konteks yang lebih luas. Sebagai contoh orang yang istiqomah melaksanakan shalat tidak hanya diartikan sebagai orang yang konsisten dalam melaksanakan shalat, tetapi juga konsisten dalam menghindari perilaku keji dan munkar. 

Urgensi konsisten digambarkan dalam Al-Qur’an, salah satunya dalam Q.S. Fussilat ayat 30. Dalam ayat tersebut, Allah SWT memberikan gambaran tentang ciri-ciri orang yang konsisten yaitu orang yang beriman kepada-Nya kemudian senantiasa merealisasikan keimanan dalam setiap aktivitas kesehariannya. Jadi, konsistensi tidak hanya mencakup aktivitas dan perilaku tertentu tetapi juga dampak dari aktivitas tersebut dan konsisten menekankan pada kontinuitas suatu aktivitas atau perilaku bukan pada kuantitas dari aktivitas tersebut. (Sayyidah Khalimatussadiah: Pelatihan Tim Redaksi RBM 1446 H)

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Scroll to Top