Kajian Tafsir: Para Rasul, Pengguna Fasilitas Tanpa Merasa Punya Otoritas

Pada Senin, 21 Oktober 2024, Masjid Kampus Mardliyyah Islamic Center UGM kembali mengadakan Ngaji Kitab Tafsir dengan tema “Para Rasul, Pengguna Fasilitas Tanpa Merasa Punya Otoritas” yang diisi oleh Ust. Tajul Muluk, M.Ag.

Allah SWT. memiliki utusan di bumi yang diberikan melalui mukjizat. Mukjizat digunakan oleh para Rasul hanya sebagai pengguna fasilitas, bukan otoritas kepemilikan. Keadaan ini sudah diterangkan dalam Surah Ghafir ayat 78 yang memiliki arti: “Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus rasul-rasul sebelum engkau (Nabi Muhammad). Di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul pun membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka, apabila telah datang perintah Allah (hari Kiamat), diputuskanlah (segala perkara) dengan adil. Ketika itu, rugilah para pelaku kebatilan.”

Jumlah utusan Allah SWT. sangatlah banyak, sekitar 124.000 dan Allah SWT. menyebutnya Rasul. Akan tetapi, yang dijadikan penyampai risalah hanya 25 Rasul, riwayat lain menyebutkan ada 315 Rasul. Pada Surah Al-Baqarah menjelaskan mengenai Rasul tidak memiliki wewenang dalam urusan agama, tetapi menunggu wahyu yang turun dari Allah SWT., dikarenakan ini adalah sisi manusiawi dari Rasul. Allah SWT. tidak menceritakan itu semua, kita tidak perlu mencari tahu detailnya. Ada yang Allah SWT. ceritakan dan tidak, yang diceritakan ada di dalam Al-Quran. 25 Rasul diceritakan di dalam Al-Quran.

Para Rasul mempunyai mukjizat sebagai hak guna. Nabi Musa, salah satu Nabi paling heroik, memiliki tongkat yang hanya digunakan dalam harian sampai kemudian Nabi Musa tahu kegunaan sesungguhnya yang dapat berubah menjadi ular dan membelah lautan atas izin Allah SWT. Nabi adalah manusia secara fisik, biologis, dan pembedanya adalah Nabi menerima wahyu dari Allah SWT. yang sudah dijelaskan di Surah Al-Kahfi. Kaum kafir salah kaprah karena melihat Rasul secara fisik saja. Kekufuran orang kafir adalah kebodohan dan menutup diri untuk mengakses informasi. Orang yang menutup diri dari literasi, pastinya bodoh, sehingga orang pada zaman Nabi disebut jahiliah karena perilakunya yang kufur. Orang-orang bodoh yang menutup diri tidak mau belajar, mereka mengalami kejadian yang tidak masuk akal atau di luar nalar standar manusia.

Para Rasul tidak sembarang dalam mengeluarkan mukjizat, hanya aktif ketika atas izin Allah SWT. Rasul memiliki emosi, seperti Nabi Nuh yang merasa lelah dan diperintahkan oleh Allah SWT. untuk membuat perahu. Orang kafir menolak eksistensi para Rasul karena keberadaannya sama seperti manusia pada umumnya. Tirulah para malaikat yang tidak memiliki syahwat, tetapi berbeda jenis dengan manusia. Untungnya para Rasul adalah manusia, sehingga menjadikan contoh perilaku yang sesuai dengan syariat agama dan dapat ditiru oleh manusia. Sisi manusia, salah satunya adalah emosi, sehingga ketika sedang emosi para Rasul tidak semena-mena dalam mengeluarkan mukjizat karena pengendali mukjizat itu sendiri adalah Allah SWT. Orang yang berbicara jelek dalam keadaan emosi, tidak akan menjadi kenyataan karena itu adalah emosi.

Allah SWT. sangat independen, punya hak prerogratif, salah satu karakteristik Allah SWT. Menguatkan kembali mengenai keyakinan hak prerogratif Allah SWT., Rasul hanya sebagai pengguna yang bisa dilakukan hanya meminta akses kepada Allah SWT. Mukjizat seperti agen pamungkas atau jurus terakhir. Pada zaman Rasul, Rasul melewati fase marah, tetapi Rasul disuruh sabar dalam menghadapi permasalahannya. Terdapat dalam Surah Ghafir ayat 77 yang menyuruh sabar, sebab menjadi Rasul modal utamanya bukan mukjizat, tetapi kesabarannya. Modal utama menjadi seorang yang memiliki leadership, seperti Rasul, adalah bisa memanajemen emosi. Emosi yang paling penting dikendalikan adalah amarah. Maka, modal utama menjadi orang hebat seperti Rasul adalah bisa mengendalikan dan memainkan emosi. Kita diajarkan meminta kepada Allah SWT. untuk ditebalkan rasa kesabaran dan doa menyadarkan bahwa kesabaran sangatlah terbatas. Oleh karena itu, modal menjadi pewaris Rasul adalah kesabaran. (Bungas Wafiq Fatimatuzahra: Peserta Seleksi Tim Redaksi RBM 1446 H)

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Scroll to Top