Ketua Umum Muhammadiyah Sebut Islam sebagai Kunci Pembangunan Peradaban

Talkshow Nuzulul Qur’an

Ramadan Berkah Mardliyah (RBM) kembali berkolaborasi menyemarakkan Ramadhan  melalui program khusus yakni Nuzulul Qur’an pada Senin (17/3/2025) di Balairung. Program ini menjadi momentum dalam memperingati turunnya mukjizat terbesar Rasulullah Saw., yakni Al-Qur’an. Dalam momen yang spesial ini, RBM mengundang Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si., ketua umum pimpinan pusat Muhammadiyah sebagai narasumber serta Ir. R. Ahmad Romadhoni Surya Putra, S.Pt., M.Sc., Ph.D., IPU., ASEAN Eng, Sekretaris Takmir Masjid Kampus Mardliyyah UGM, sebagai moderator dengan tajuk “Menghidupkan Al-Qur’an di Setiap Langkah Kehidupan”.

Prof. Haedar membuka kajian dengan pembahasan mengenai QS al-Baqarah [2] :186. “Saatnya ramadhan kita jadikan sebagai momentum untuk mengasah rohani kita agar kita selalu tergerak jika ayat demi ayat  Al-Qur’an tersebut dilantunkan dalam bacaan untuk menghadirkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari,” tuturnya. 

Lebih lanjut, Prof. Haedar menjelaskan dua level dalam menghadirkan Al-Qur’an pada kehidupan sehari-hari. “Menghadirkan Al-Qur’an dalam kehidupan dibagi menjadi dua level, yakni bagaimana menghadirkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan yang sudah rutin kita lakukan, sedangkan level kedua adalah bagaimana menghadirkan Al-Qur’an sebagai kitab peradaban,” jelasnya.

Kemudian, Prof. Haedar menyinggung bahwasanya akhlak Rasulullah Saw. adalah Al-Qur’an. Dalam Islam, akhlak dibagi menjadi dua macam. Pertama, al-akhlak al-karimah adalah akhlak yang mulia. Contohnya memberi sesuatu kepada orang yang membutuhkan. Kedua, Ihsan adalah membalas kejahatan yang dilakukan oleh orang lain dengan kebaikan. 

Tuhan telah memberikan manusia anugrah yang membedakan dirinya dengan makhluk lain. Maka dari itu, Prof. Haedar berpesan, “Syukuri nikmat tubuh kita ini dan jangan kita salah gunakan!” tegasnya. 

Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi terlepas dari hawa nafsu dan sifat-sifatnya. “Allah dengan sifat rahman dan rahim-Nya menurunkan Al-Qur’an sebagai panduan bagi manusia,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Prof. Haedar membahas tentang fungsi Al-Qur’an. “Satu fungsi Al-Qur’an adalah menghidupkan hati,” ujarnya. Ia memberikan ilustrasi sederhana bahwa ketika seseorang merasa resah kemudian membaca Al-Quran, maka hatinya akan bergetar. Kedua, Al-Qur’an berfungsi sebagai penunjuk arah hidup manusia dalam mencapai tujuan. Tujuan hidup manusia telah disebutkan dalam Q.S. Fath yakni meraih rida dan karunia dari Allah SWT.

Adapun, Al-Qur’an sebagai pembangun peradaban telah tertuang dalam QS Al-alaq ayat pertama yaitu iqro’ yang berarti membaca. “Kunci risalah Islam untuk membangun peradaban dengan kunci berupa iqro’,” jelasnya.

Kemudian, ia juga menyinggung beberapa peradaban sebelumnya seperti peradaban Mesopotamia, Romawi kuno, Yunani kuno dan juga Barat modern yang masing-masing mendasari pengetahuannya dengan ilmu pengetahuan dan filsafat. Sementara, agama tidak berkorelasi dengan ilmu pengetahuan.

Prof. Haedar juga memberikan uraian mengenai peradaban Islam yang dimulai dari Al-Quran. “Dari Al-Quran ternyata melahirkan ilmu-ilmu Al-Qur’an, ilmu hadits, fiqih, dan ushul fiqih,” jelasnya. Kedua, lahirnya para pemikir Islam dari para ahli Qur’an, “Dari Al-Qur’an dan mereka yang paham Al-Qur’an melahirkan pemikir-pemikir Islam,” tambahnya. Ketiga, Al-Qur’an juga memberikan beberapa institusi yang lahir, “Dari Al-Qur’an lahirlah Baitul Hikmah, Dar al-Hikmah, Universitas Córdoba, dan universitas Qarawiyyin,” tuturnya.

Sebagai penutup, Prof. Haedar menyimpulkan bahwa untuk membangun peradaban ada beberapa langkah yang harus dilakukan yaitu, menjadikan Al-Qur’an sebagai kitab peradaban dengan menghidupkan tradisi ilmu, membangun institusi keilmuan, dan menerapkan nilai-nilai Al-Qur’an sebagai tuntunan hidupnya. (Sayyidah Khalimatussakdiah: Tim Redaksi RBM 1446 H)

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Scroll to Top