
Pada Sabtu, 22 Maret 2025, Masjid Mardliyyah Islamic Center mengadakan ceramah menemani tarawih jamaah sekalian dengan membawakan tema: “Penciptaan Manusia: Tinjauan Medis dan Al-Qur’an”. Ceramah ini dibawakan oleh Prof. drh. H. Agung Budiyanto, M.P., Ph.D. (Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran Hewan UGM), yang mengulas bagaimana penciptaan manusia dari sisi medis atau ilmu pengetahuan dan al-quran.
Beliau membahas bahwa sebenarnya kehidupan manusia itu penuh misteri. Beliau mengatakan bahwa, “(Berjalannya) Waktu tidak ada yang tahu, ilmu tentang kebaikan diturunkan, tak tahu apa yang terjadi ada di kandungan, apa yang akan terjadi di hari esok, kebaikan apa yang akan diturunkan dan di bumi mana akan dimatikan.”, menafsir singkat dari ayat berikut dalam surat Al-Luqman ayat 34:
الۡاَرۡحَامِ ؕ وَمَا تَدۡرِىۡ نَفۡسٌ مَّاذَا تَكۡسِبُ غَدًا ؕ وَّمَا تَدۡرِىۡ نَـفۡسٌۢ بِاَىِّ اَرۡضٍ تَمُوۡتُ ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيۡمٌ خَبِيۡرٌ ٣٤
“Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal.”
Beliau mengungkapkan dari penjelasan ayat sebelumnya, betapa manusia tidak mengetahui apa-apa, menjadikannya dua sisi manusia, diantaranya, tawadhu’ (rendah hati) atau menjadi orang yang sok tahu serta takabur, seolah-olah tahu segalanya, paling berilmu, paling layak masuk surga. Beliau melanjutkan dalam ceramahnya, “Orang sujud berarti mengaku kalah dengan yang lain, mengaku orang lain lebih baik dari kita, apa yang kita peroleh atas qada dan qadar dari Allah.”
Beliau kembali membahas ayat-ayat dalam surat Ar-Rum, mengenalkan kepada jamaah dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mengatakan bahwa manusia diwajibkan untuk berpasang-pasangan yang bermakna jamak. Artinya, konteks pada ayat-ayat ini tidak hanya mengenai (berpasangan) laki-laki dan perempuan saja, namun berpasang-pasangan juga dari perbedaan-perbedaan, seperti budaya, hingga warna kulit (genetik).
Prof. Agung mengutip singkat dari surat Al-Mu’minun ayat 13-14, mengurutkan proses kejadian manusia mulai dari nutfah atau biasa disebut sperma dan sel telur. Beliau menyimpulkan, “Ternyata yang dipasangkannya manusia di luar lelaki dan perempuan adalah pasangan basa nukleotida, yaitu DNA.”
Beliau membahas dari sisi bioteknologi, terkait basa nukleotida sebagai basa rangkaian pembentuk sifat manusia dan bagian dari DNA (Deoxyribonucleic Acid), apabila terdapat kemiripan satu sama lain, maka dari basa nukleotida itu akan mengeluarkan gen-gen resesif. Dengan begitu, basa nukleotida yang mirip digambarkan pada perkawinan sedarah dan dari perkawinan akan cenderung melahirkan keturunan yang tidak normal.
Prof. Agung mengatakan bahwa beliau cukup kagum dengan penggabungan nutfah dari lelaki dan perempuan untuk melahirkan individu baru itu tidak main-main, dengan syaratnya ialah ijab kabul. Beliau mengucapkan, “Ijab kabul ialah menghalalkan penggabungan sifat yang berbeda-beda.”
Prof. Agung melanjutkan dari proses penciptaan manusia berupa mudghah atau embrio, yang bertumbuh menjadi janin, menempel di plasenta hingga sang ibu mengandung melahirkan menyusui. “Proses yang ada di penciptaan manusia secara medis itu sangat rumit dan bagaimana quran menjelaskannya dengan sederhana, sehingga orang-orang memudah mengikutinya.” jelas beliau membandingkan ilmu pengetahuan dengan Al-Qur’an.
Terakhir, beliau mengungkapkan “Betapa luar biasanya Al-quran untuk dipelajari, dan mempercayainya agar menjadi orang yang shaleh.” Beliau mengajak sekalian untuk mencintai al-quran, dengan berkata “Tiada yang menandingi keindahan Al-Qur’an, beruntunglah orang-orang yang dekat dengan Al-Qur’an.” (Monica Nasywa: Tim Redaksi RBM 1446 H)