
Ramadhan Berkah Mardliyyah (RBM) 1446 H telah melaksanakan Kajian Iftar pada Ramadhan hari ke-16 tahun ini pada Selasa (16/3/2025). Pada sore ini, RBM mengundang Lora Ismael Alkholili dengan mengangkat tema “Masyarakat Maju dalam Perspektif Peradaban Islam”.
Beliau mengawali kajian sore ini dengan suatu petuah yang pernah disampaikan Imam Malik, “Tidaklah umat yang ada di akhir zaman itu seperti kita ini akan menjadi baik atau maju kecuali dengan sebab-sebab kemajuan yang diperoleh oleh orang-orang terdahulu kita.” Dalam hal ini, umat yang berkualitas adalah mereka yang berkualitas secara intelektual dan spiritual di mana kita harus berkaca kepada orang-orang pendahulu kita khususnya pada masa keemasan atau kejayaan Islam dahulu.
“Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang ilmiah, masyarakat yang kaya akan literasi,” imbuh beliau. Sepanjang kajian iftar ini, Lora Ismael menekankan pentingnya ketika masyarakat kini ingin mengembalikan kejayaan Islam, haruslah menjadi masyarakat yang gemar membaca dan berpikir secara ilmiah. Ini sangat krusial mengingat masyarakat saat ini pola pikirnya sering tidak didasari referensi ilmiah yang jelas sehingga tersesat ketika menanggapi isu-isu yang sedang fenomenal atau viral.
Beliau mencontohkan bagaimana reaksi masyarakat Indonesia terhadap lagu yang viral saat ini. Kedua lagu ini dinilai salah kaprah dipahami oleh warganet Indonesia dilihat dari reaksinya dalam media sosial, “Giliran ada lagunya Maher Zain tentang kecintaan, kerinduan tehadap kanjeng nabi dibilang syirik. Giliran ada lagu bucin, yang saya bilang ini mirip lagu garam madu versi Arab dibuat trending Ramadhan, lagu tob tobhi tob.”
Dalam penjelasan selanjutnya, Lora Ismael menyebutkan bahwa amal yang paling mulia itu adalah ilmu. Apa yang dimaksud disini adalah ketika semua amal seperti sholat, puasa, dll. diibaratkan sebagai makmum, dimana imamnya adalah ilmu itu sendiri. Beliau menekankan, “Itu tugas kita semua bagaimana kita menciptakan masyarakat yang ilmiah yang ada di antara kita.”
Menuju akhir kajian, Lora Ismael menyebutkan beberapa poin yang dapat dilakukan dalam menciptakan masyarakat dalam peradaban maju. Pertama, masyarakat yang semua lapisannya tertarik pada ilmu baik laki-laki maupun wanitanya.
Kedua, kita semua perlu menjadi masyarakat yang mengamalkan ilmu kita atau disampaikan masyarakat yang takut kepada Allah Swt. dengan mengamalkan ilmunya. Poin kedua ini menekankan jika punya seorang muslim tidak hanya memiliki ilmu, tetapi juga ilmunya bermanfaat dan akhlak yang tidak kalah baik. Beliau menyebutkan terjemahan dari perkataan Imam Ghazali, “Ilmu yang bermanfaat, yang barokah adalah semakin banyak ilmu kamu semakin takut, semakin dekat kamu kepada Allah Swt.”
Ketika sebagai manusia memang tidak akan luput dari salah dan dosa, namun apa yang membedakan adalah bagaimana kita merespon kesalahan kita itu. “Standar seorang ini memiliki ilmu yang bermanfaat adalah ketika dia jatuh kepada dosa, dosanya itu akan membuat dia itu nggak nyaman,” tambah beliau.
Adapun disoroti ketika banyak dari masyarakat saat ini diajak untuk melakukan amal baik, banyak yg tidak tertarik karena iming-imingnya yang hanya berupa pahala. Ini dikaitkan oleh pikiran orang di zaman sekarang yang serba instan dimana posisi pahala ini (dapat merasakan manfaatnya) masih lama.
Selanjutnya, beliau menyebutkan pentingnya orang-orang yang mau bekerja atau yang maju secara ekonomi itu adalah orang yang paling diapresiasi oleh Rasulullah SAW. Bahkan para ulama menyatakan salah satu ibadah yang paling utama ketika bekerja menafkahi anak dan istri dengan niat kemandirian dimana maksudnya kemandirian secara ekonomi yang juga ditekankan oleh Rasulullah SAW.
“Terakhir, masyarakat yang maju disebutkan dalam Al-Quran adalah masyarakat yang peduli kepada sesama,” jelas beliau. Hal ini menekankan bagaimana masyarakat harus saling peduli satu sama lain dimana saling memerintahkan dalam kebaikan dan saling melarang dalam keburukan.
Pada akhirnya, kita semua saat ini ada pada isu masyarakat FOMO (Fear of Missing Out). Pesan dari Nabi Muhammad SAW dalam suatu hadits adalah jangan jadi orang yang latah, maksudnya jangan berprinsip kalo orang baik saya juga baik, kalo orang lain buruk maka saya juga buruk. Kita sebagai masyarakat maju harus memiliki pendirian atau prinsip yang kuat. (Callysta Inas: Tim Redaksi RBM 1446 H)