
MIC Open Discourse hadir membawakan tema spesial Hari Sumpah Pemuda yaitu tentang “Pemuda dan Arus Modernisasi: Mempertahankan Nilai-Nilai Islam, Menjadi Katalisator Perubahan” yang diisi oleh drg. M. Atiatul Muqtadir yang merupakan penulis sekaligus founder dari Beri Perubahan Indonesia Foundation. MIC Open Discourse diadakan di ruang utama Masjid Kampus Mardliyyah UGM pada 31 Oktober 2024.
drg. M. Atiatul Muqtadir menceritakan tentang seorang sahabat Rasulullah bernama Sayyidina Sauban yang suatu hari terlihat tidak baik-baik saja. Rasulullah bertanya mengenai hal tersebut, Beliau menjawab bahwa pikirannya sedang terganggu mengenai pertanyaan “Jika pertemuan dengan Rasul di dunia saja sudah membahagiakan dan perpisahannya sangat menyedihkan, lantas bagaimana jika di surga nanti mereka berpisah karena surga Rasul berbeda dengannya?”. Kemudian turunlah wahyu bahwa Rasul akan bisa mengunjungi umat-umatnya di surga.
Arus modernisasi dan pemuda berhubungan dengan hadist riwayat Abu Hurairah yang berbunyi “Islam datang pada awalnya dalam keadaan asing dan akan pergi juga dalam keadaan asing. Maka beruntunglah orang-orang asing”. Hal ini kita kenal dengan istilah ghuroba (orang-orang asing). Ghuroba berasal dari kata ghorib (asing) yang mempelajari bacaan yang asing dalam al-qur’an seperti ketika nun sukun bertemu huruf wau atau ya yang dibaca dengan dimasukkan namun ada juga yang dibaca jelas. Ghuroba yang dimaksud Rasulullah adalah orang-orang shaleh yang berada diantara orang-orang yang merasa aneh dengan ajaran Islam. Mereka adalah orang-orang yang berbuat kebenaran dan perbaikan di saat semua orang melakukan kerusakan. Ghuroba adalah manusia-manusia yang melawan arus masa dengan tetap berpegang teguh pada Islam yang semakin asing.
Pada awal Rasulullah membawa ajaran Islam, pengikutnya masih sedikit. Kaum muslimin dianggap asing dan berbeda. Salah satu pengikut Rasulullah itu adalah seorang pemuda kaya raya yang suatu hari tertarik dan mengikuti dakwah Rasul. Pemuda itu lantas beribadah secara sembunyi-sembunyi hingga keluarganya mengetahuinya. Orang tua pemuda tersebut mengancam pemuda itu untuk meninggalkan dakwah Rasulullah jika tidak, mereka akan mencabut seluruh fasilitas dan kekayaan miliknya. Pemuda itu adalah Mus’ab bin Umair, ia memutuskan untuk tetap teguh memegang ajaran Islam. Mus’ab bin Umair pernah diamanahi Rasululullah untuk menyiapkan tempat hijrah dan strategi dakwah Islam. Dengan kecerdasannya, pemimpin-pemimpin suku terkemuka menerima ajaran Islam yang diikuti hampir seluruh penduduk Madinah sehingga ketika Rasul akhirnya datang ke Madinah.
Kisah pemuda lain adalah Nabi Ibrahim as. yang ketika muda yang berani menghancurkan berhala. Tujuan sebenarnya bukan menghancurkan batu berhala, tetapi tujuan Beliau adalah menghancurkan berhala pikiran yang tertanam pada pikiran-pikiran penyembah berhala. Nabi Ibrahim as. kemudian dibakar hidup-hidup, tetapi Allah memberikan perlindungan.
Ada banyak kisah dalam sejarah yang menceritakan tentang pemuda yang memiliki peran penting yang berani melawan arus dan mempertahankan keimanannya. drg. M. Atiatul Muqtadir menyatakan bahwa peran pemuda yang melawan arus dengan baik saat ini cukup dengan tidak turut mengikuti tren. Kunci menjadi pemuda melawan arus dengan benar adalah berpegang pada ajaran yang benar. Melawan arus bukanlah hal yang asing.
Surat Al-Furqan ayat 52 berpesan untuk tidak mentaati atau mengikuti orang-orang kafir. Dalam surat Fushilat menjelaskan bahwa orang-orang ingkar berpesan “jangan dengarkan Alquran” dan mereka membuat keributan agar orang-orang tidak fokus dalam berdakwah. Inti dari kedua ayat ini, orang-orang yang ingkar berusaha menjauhkan pemuda dari ajaran yang benar, berusaha menjauhkan umat Islam dari Alquran. Maka kepada pemuda Rasulullah berpesan untuk memegang dua kunci utama yaitu Alquran dan Sunnah serta fokus pada pengembangan diri sendiri, membangun prestasi yang akan dilihat dunia sebagai keunggulan seorang pemuda muslim. (Aisyah Putri Qurrota A’yun/Peserta Seleksi Tim Redaksi RBM 1446 H)
