Sebagai bagian dari rangkaian acara Maulid Fest di MIC UGM, Dr. Fahruddin Faiz menyampaikan kajian berjudul “Teladan Nabi Muhammad dalam Berpikir”. Kajian ini mengulas aspek-aspek kecerdasan dan kebijaksanaan Nabi Muhammad dalam membuat keputusan dan berpikir strategis, yang dapat menjadi teladan bagi umat Islam.
Dr. Faiz menekankan pentingnya bagi umat Islam untuk mempelajari dan meneladani cara berpikir Nabi Muhammad sebagai bentuk upaya dalam meneladani akhlak beliau.
- Kecerdasan (Fatonah)
Dr. Faiz menjelaskan bahwa kecerdasan Nabi Muhammad tidak hanya mencakup kecerdasan intelektual, tetapi juga kecerdasan emosional dan spiritual. Nabi menunjukkan ketangguhan dan kebijaksanaan dalam menyikapi berbagai situasi sosial yang kompleks, sebagaimana ditunjukkan dalam berbagai peristiwa di masa hidupnya. - Fokus pada Kemashlahatan Umat
Nabi Muhammad selalu mempertimbangkan dampak keputusan keputusannya terhadap umat secara luas, bukan hanya untuk kepentingan pribadi. Contohnya, dalam Isra’ dan Mi’raj, Nabi bernegosiasi untuk mengurangi jumlah shalat harian dari 50 menjadi 5, menunjukkan kepedulian beliau terhadap kemampuan umatnya. - Pemikiran yang Berprinsip
Dalam menggunakan akal, Nabi Muhammad tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip yang dipegangnya, terutama dalam hal keimanan. Sebagai contoh, beliau menolak tawaran material dari kaum Quraisy demi menjaga misi dakwahnya. - Penerapan Ilmu dengan Kebijaksanaan
Nabi Muhammad selalu menerapkan ilmu dengan bijaksana, menyesuaikan saran dan nasihat sesuai kondisi dan kebutuhan individu. Dr. Faiz mencontohkan bagaimana Nabi memberikan saran yang berbeda kepada orang yang berbeda, menunjukkan pemahaman mendalam tentang karakter dan situasi masing-masing individu. - Kesadaran akan Keterbatasan
Dr. Faiz juga membahas sikap Nabi yang rendah hati dalam mengakui keterbatasannya. Misalnya, Nabi menerima saran dari seorang petani mengenai cara menanam kurma, menunjukkan bahwa beliau terbuka belajar dari ahli di bidang tertentu yang tidak ia kuasai. - Pemikiran Visioner
Nabi Muhammad selalu mempertimbangkan dampak jangka panjang dari setiap keputusannya. Dalam peristiwa pengepungan Ta’if dan pembebasan Mekkah, Nabi menunjukkan kebijaksanaan dalam mempertimbangkan dampak jauh ke depan.
Kesimpulan dan Penutup
Dr. Faiz mengakhiri kajian ini dengan menggarisbawahi pentingnya mengendalikan emosi, terutama amarah, serta menerapkan kecerdasan spiritual dalam menjalani kehidupan. Beliau juga menganjurkan peserta untuk meneladani cara Nabi Muhammad berpikir, berprinsip, dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Kajian ini ditutup dengan sesi tanya jawab, di mana peserta bertanya tentang hubungan antara kecerdasan spiritual dan iman, cara menghadapi perbedaan pendapat, serta kiat-kiat untuk mengendalikan ambisi dalam mengejar tujuan karir dengan tetap memegang prinsip-prinsip agama.
Pembicara : Dr. H. Fahruddin Faiz, S. Ag., M. Ag (Kaprodi S3 Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
Tanggal, Waktu : Kamis, 3 Oktober 2024, 16.00-17.30 WIB