
Sebagai bagian dari semarak Maulid Fest di Masjid Mardliyyah Islamic Center (MIC) UGM, Dr. H. Fahruddin Faiz, S. Ag., M. Ag., Kaprodi S3 Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, menyampaikan kajian mendalam bertajuk “Teladan Nabi Muhammad dalam Berpikir”. Kajian yang berlangsung pada Kamis, 3 Oktober 2024, pukul 16.00-17.30 WIB di Lantai 1 Ruang Utama MIC UGM ini, mengupas tuntas aspek-aspek kecerdasan dan kebijaksanaan Nabi Muhammad SAW dalam mengambil keputusan dan merancang strategi, yang sejatinya merupakan suri teladan agung bagi seluruh umat Islam. Dalam pemaparannya, Dr. Faiz menekankan urgensi bagi setiap Muslim untuk mempelajari dan mencontoh metode berpikir Nabi Muhammad SAW sebagai manifestasi dalam meneladani akhlak mulia beliau.
Kecerdasan yang Melampaui Intelektual
Dr. Faiz membuka pembahasan dengan mengurai makna kecerdasan (fatonah) yang melekat pada diri Nabi Muhammad SAW. Beliau menjelaskan bahwa kecerdasan Rasulullah tidak terbatas pada kepiawaian intelektual semata, melainkan juga mencakup kecerdasan emosional dan spiritual yang mendalam. Nabi SAW memperlihatkan ketangguhan dan kearifan yang luar biasa dalam menghadapi beragam situasi sosial yang kompleks, sebagaimana terukir dalam berbagai peristiwa sepanjang hidup beliau.
Mengutamakan Kemashlahatan Umat
Salah satu aspek penting dalam pola pikir Nabi Muhammad SAW adalah selalu mendahulukan dampak keputusan-keputusannya bagi kemaslahatan umat secara keseluruhan, jauh melampaui kepentingan pribadi. Sebagai contoh yang sangat berkesan, Dr. Faiz mengingatkan peristiwa Isra’ dan Mi’raj, di mana Nabi SAW dengan penuh kepedulian bernegosiasi untuk meringankan jumlah salat harian dari 50 waktu menjadi hanya 5, sebuah cerminan betapa besar perhatian beliau terhadap kemampuan umatnya dalam menjalankan ibadah.
Kokoh dalam Prinsip Keimanan
Dalam menggunakan akal dan pertimbangan, Nabi Muhammad SAW senantiasa berpegang teguh pada prinsip-prinsip luhur yang beliau yakini, terutama dalam hal keimanan kepada Allah SWT. Dr. Faiz mencontohkan bagaimana Nabi SAW dengan tegas menolak segala tawaran materi dan kedudukan dari kaum Quraisy demi menjaga kemurnian misi dakwah yang beliau emban. Keteguhan ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya integritas dalam berpikir dan bertindak.
Ilmu yang Diamalkan dengan Hikmah
Nabi Muhammad SAW tidak hanya memiliki ilmu yang luas, tetapi juga selalu menerapkannya dengan hikmah dan kebijaksanaan. Beliau mampu menyesuaikan saran dan nasihat yang diberikan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan unik setiap individu. Dr. Faiz memberikan ilustrasi bagaimana Nabi SAW memberikan bimbingan yang berbeda kepada orang yang berbeda, menunjukkan pemahaman mendalam tentang karakter dan situasi masing-masing sahabat.
Menyadari Keterbatasan Diri
Dr. Faiz juga menyoroti kerendahan hati Nabi Muhammad SAW dalam mengakui keterbatasan pengetahuannya dalam bidang tertentu. Sebagai contoh yang inspiratif, beliau menceritakan bagaimana Nabi SAW dengan terbuka menerima saran dari seorang petani mengenai cara menanam kurma yang lebih efektif, sebuah teladan bahwa belajar dari ahlinya adalah sikap yang mulia, bahkan bagi seorang utusan Allah.
Pandangan Jauh ke Depan
Pemikiran visioner menjadi ciri khas lain dalam setiap keputusan Nabi Muhammad SAW. Beliau senantiasa mempertimbangkan dampak jangka panjang dari setiap tindakan yang diambil. Peristiwa pengepungan Ta’if dan pembebasan Mekkah menjadi saksi bisu kebijaksanaan Nabi SAW dalam memperhitungkan konsekuensi jauh di masa depan demi terciptanya kedamaian dan stabilitas.
Dr. Faiz kembali menekankan pentingnya mengendalikan emosi, terutama amarah, sebagai kunci kebijaksanaan. Beliau juga mengajak seluruh peserta untuk terus mengasah kecerdasan spiritual dalam menjalani setiap aspek kehidupan. Lebih lanjut, beliau menganjurkan untuk secara aktif meneladani cara Nabi Muhammad SAW berpikir, berpegang pada prinsip, dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Kajian ditutup dengan sesi tanya jawab yang interaktif, di mana peserta antusias bertanya mengenai korelasi antara kecerdasan spiritual dan keimanan, strategi menghadapi perbedaan pendapat, serta kiat-kiat mengelola ambisi dalam meraih tujuan karir tanpa mengorbankan prinsip-prinsip agama. (Muhammad Azriel Ramadhan: Peserta Seleksi Tim Redaksi RBM 1446 H)