Zahid Samosir: Hidup Bermakna dengan Al-Qur’an sebagai Pedoman

Zahid Samosir

Masjid Mardliyyah Islamic Center UGM kembali menggelar Kajian Iftar dalam rangkaian acara Ramadhan Berkah Mardliyyah 1446 H pada Jumat (7/3/2025). Zahid Samosir, seorang influencer dan content creator Muslim, hadir sebagai pembicara dalam kajian bertema Live Your Life Journey with Quran. Dalam ceramahnya, Zahid menekankan pentingnya menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup serta dampak kehilangan keterikatan dengan Al-Qur’an.

Menurut Zahid, kehidupan seorang Muslim seharusnya selalu berlandaskan Al-Qur’an. Jika seseorang kehilangan keterikatan dengan Al-Qur’an, maka ia akan kehilangan arah hidupnya. 

“Ketika Al-Qur’an hilang dari hati seseorang, itu menjadi awal dari kehilangan arah dalam hidup,” ungkapnya. Memahami dan mengamalkan isi Al-Qur’an merupakan hal yang penting bagi setiap Muslim.

Zahid juga membahas tentang makna khusyuk dalam ibadah. Ia menjelaskan bahwa meskipun terdengar sederhana, khusyuk merupakan suatu pencapaian yang membutuhkan usaha. 

“Dahulu, di zaman sahabat, ada yang tetap melanjutkan sholat meskipun terkena panah atau dipatuk burung. Bagaimana cara mencapai tingkat khusyuk seperti itu?” tanyanya. Untuk mencapainya, seseorang harus memahami fikih shalat, mengerti arti ayat yang dibaca, serta mendalami tafsir Al-Qur’an. Zahid menambahkan bahwa hilangnya rasa khusyuk dalam shalat merupakan bentukhukuman dari Allah SWT bagi mereka yang mulai jauh dari ajaran-Nya.

Dalam ceramahnya, Zahid mengutip firman Allah dalam Surah Al-Anfal ayat 24. Ia menjelaskan bahwa ayat ini menunjukkan bahwa seruan Allah dan Rasul-Nya memberikan kehidupan bagi hati manusia. Ketika seseorang kehilangan khusyuk dalam shalatnya, itu bukan sekadar masalah dalam ibadah, tetapi juga mempengaruhi kehidupannya di luar shalat. 

Ia mencontohkan bagaimana sikap seseorang yang lalai terhadap hal-hal kecil, seperti memasuki kamar mandi dengan kaki kiri. Jika hal-hal kecil ini diabaikan, sedikit demi sedikit dinding keimanan akan runtuh, hingga akhirnya seseorang kesulitan menjalankan perintah Allah yang lebih besar.

Lebih lanjut, Zahid membahas fenomena futhur, yaitu kondisi di mana seseorang mengalami kelemahan dan kemalasan dalam ibadah. Ia menjelaskan bahwa salah satu penyebab utama futhur adalah kelonggaran dalam menjaga khusyuk saat shalat. Jika seseorang mulai kehilangan khusyuknya, maka perlahan-lahan ia akan kehilangan Al-Qur’an dalam hidupnya, dan akhirnya kehilangan arah tujuan.

Al-Qur’an adalah mukjizat yang tetap relevan hingga akhir zaman. Zahid menjelaskan bahwa dalam kondisi apapun, setiap kejadian yang terjadi di dunia ini pasti memiliki petunjuk di dalam Al-Qur’an. “Apapun masalah yang kita hadapi, kembalikanlah kepada Al-Qur’an, karena di dalamnya ada solusi untuk segala hal,” katanya.

Sebagai penutup, Zahid menceritakan kisah seorang syekh di California yang menasihati dua pria dengan kebiasaan shalat yang berbeda. Salah satu pria selalu shalat tepat waktu dengan penuh khusyuk, dan dalam pekerjaannya ia selalu kreatif serta menyelesaikan tugas dengan baik. Sedangkan pria lainnya sering shalat terburu-buru di akhir waktu dan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya. 

Ketika ditanya berapa lama perjalanan ke kantor, pria yang pertama menjawab, “Jika tidak macet, saya membaca 100 sholawat, jika macet, saya membaca 1000 shalawat.” Hal ini menunjukkan bahwa orang yang mencari khusyuk di luar shalat akan mendapatkan keberkahan dalam kehidupannya.

“Ketika seseorang kehilangan kenikmatan ibadah, ia akan merasakan bahwa waktu berlalu begitu cepat dan kehilangan makna dalam hidupnya. Inilah tanda-tanda kiamat, ketika manusia tidak lagi dapat menikmati setiap detik dalam ibadahnya,” pungkas Zahid. (Muhammad Azriel Ramadhan: Tim Redaksi RBM 1446 H)

Penyerahan Cenderamata kepada Pembicara

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Scroll to Top